Selasa, 02 Agustus 2016

TEORI DAN SEJARAH SASTRA PENDEKATAN KRITIS KARYA SASTRA



TEORI SASTRA




Description: C:\Users\Master Com\Documents\Logo UNM Cantik.jpg
 


                                                                        






DISUSUN OLEH :
WIWIN RASMAWATI (1551040025)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016


 


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya sampai akhir zaman.
            Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi arahan konstruktif dalam penyusunan makalah ini. Dan tak lupa ucapan terimakasih kepada teman-teman dan kepada berbagai pihak yang selama ini telah banyak membantu penulis dari awal penyusunan hingga selesainya makalah Pendekatan Kritis Terhadap Karya Sastra ini.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari susunan makalah, tulisan materi, dan lainnya. Oleh karena itu, berbagai saran dan kritik yang dapat membantu dan memberi arahan yang positif lainnya dari semua pihak tetap penulis harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
            Akhirnya, semoga makalah Pendekatan Kritis Terhadap Karya Sastra ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis.




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan hasil dari daya cipta, karsa manusia yang dimana mengandung nilai seni yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, seorang seniman/ penyair tidak menciptakannya hanya asal-asalan. Melainkan membutuhkan usaha yang keras baru bisa menghasil sebuah karya yang bermutu. Selain itu, banyak aspek yang dipertimbangkan dalam penbuatan kayra sastra. Minsalnya aspek keindahan, nilai guna/manfaat.
 Akibatnya banyak waktu yang diperlukan penyair/pengarang dalam membuat suatu karya. Dalam mengkaji sebuah karya sastra, kita tidak dapat melepaskan diri dari cara pandang yang bersifat parsial, maka ketika mengkaji karya sastra, seringkali seseorang akan memfokuskan perhatiaanya hanya kepada aspek-aspke tertentu dari karya sastra. Aspek-aspek tertentu itu misalnya berkenaan dengan persoalan estetika, moralitas, psikologi, masyarakat, beserta dengan aspek-aspeknya yang lebih rinci lagi, dan sebagainya.
Hal itu sendiri, memang bersifat multidimensional karena ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis. Kondisi-kondisi perkembangan tersebut memerlukan cara pemahaman yang berbeda-beda. Kesulitan dalam memahami gejala sastra memicu para ilmuwan untuk menemukan berbagai cara sebagai pendekatan yang baru. Dengan kata lain, gejala sastra memunculkan hadirnya sejumlah masalah yang baru yang menarik dan perlu dipecahkan.




1.2  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan kritis sastra ?
2.      Bagaimana pendekatan kritis sastra secara objektif?
3.      Bagaimana pendekatan kritis sastra mimetic ?
4.      Bagaimana pendekatan kritis sastra pragmatik?
5.      Bagaimana pendekatan kritis sastra ekspresif?

1.3  MAKSUD DAN TUJUAN

Dari rumusan masalah di harapkan pembaca mampu :
1.      Mengetahui pengertian pendekatan kritis sastra
2.      Mengetahui pendekatan kritis sastra secara objektif
3.      Mengetahui pendekatan kritis sastra mimetik
4.      Mengetahui pendekatan kritis sastra pragmatik
5.      Mengetahui pendekatan kritis sastra ekspresif











BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN PENDEKATAN KRITIS SASTRA
Kritis menurut KBBI yaitu peka, perseptif, responsitif, tanggap, tajam, teliti, vokal  sedangkan secara etimologis, pendekatan berasal dari kataappropio atau approach, yang artinya sebagai jalan atau penghampiran. Jadi pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri suatu objek.Definisi sastra menurut konteks kebudayaan adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Yang dapat juga diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Jadi pendekatan kritis sastra adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang penelaah untuk mengkaji sebuah karya sastra dengan teliti agar dapat memahaminya.

2.2  PENDEKATAN OBJEKTIF (UNSUR INTRINSIK)
Pendekatan objektif merupakan suatu pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra itu sendiri tanpa menghubungkan dengan hal-hal di luar karya sastra. 
Menurut Goldmann studi karya sastra harus dimulai dengan analisis struktur, diantaranya menganalisis struktur kemaknaan yang dapat mewakili pandangan dunia penulis, tidak sebagai individu, tetapi sebagai struktur mental transindividu dari sebuah kelompok sosial atau wakil golongan masyarakatnya. Atas dasar pandangan dunia penulis, peneliti karya sastra dapat membandingkan dengan data-data dan anlisis keadaan sosisal masyarakat bersangkutan.
Abrams dalam bukunya The Mirror and The Lamp, yaitu “Telaah karya sastra dengan pendekatan obyektif sering dikenal dengan telaah struktural, yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan tema, peristiwa, tokoh, alur, setting, sudut pandangan, diksi yang terdapat dalam karya sastra”
Konsep dasar pendekatan ini adalah karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsur pembentuk struktur. Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat (koherensi). Tiap unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan unsur-unsur lain yang terlibat dalam sebuah situasi. Makna unsur-unsur karya sasatra itu hanya dapat dipahami sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Secara metodologis, pendekatan ini bertujuan melihat karya sastra sebagai sebuah sistem dan nilai yang diberikan kepada sistem itu amat bergantung kepada nilai komponen-komponen yang ikut terlibat di dalamnya. 
Kelemahan: menolak unsur-unsur ekstrinsik dalam karya sastra seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi.

2.3  PENDEKATAN MIMETIK
Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani ‘mimesis’ yang berarti ‘meniru’,‘tiruan' atau ‘perwujudan’. Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata. Mimetik juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang dalam metodenya membentuk suatu karya sastra dengan didasarkan pada kenyataan kehidupan sosial yang dialami dan kemudian dikembangkan menjadi suatu karya sastra dengan penambahan skenario yang timbul dari daya imajinasi dan kreatifitas pengarang dalam kehidupan nyata tersebut.
Pendekatan yang berupaya memahami hubungan karya sastra dengan realitas / kenyataan (berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang berarti tiruan). Realitas: sosial, budaya, politik.
Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajianya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams,1981: 189). Maksudnya dengan lingkungan sosial-budaya yang melatar belakangi lahirnya karya sastra itu. Kenyataan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya dan yang dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern. Hubungan antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung, yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi sastra. (Teew, 1984: 224-229).
 “pendekatan ini memandang seni sebagai tiruan dari aspek-aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari pola-pola bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus menerus dan tidak pernah berubah” (Lewis, 1976:46).
Rohrberger dan Woods, 1971:9 memandang pendekatan mimetik sebagai pendekatan historis-sosiologis. Katanya: “pendekatan sosiologis-historis menyarankan kepada pendekatan yang menempatkan karya yang sebenarnya dalam hubungannya dengan peradaban yang menghasilkannya. Peradaban di sini dapat didefisikan sebagai sikap-sikap dan tindakan-tindakan kelompok masyarakat tertentu dan memperlihatkan bahwa sastra mewadahi sikap-sikap dan tindakan-tindakan mereka sebagai persolan pokoknya”.
Dalam mengimplementasikan pendekatan di atas, penelaah pertama memahami suatu karya atas dasar teks tertulis; kedua dia memandang teks tertulis itu sebagai pengungkapan pengalaman, perasaan, imajinasi, persepsi, sikap dan sebagainya; dan kedua dia menghubungkannya dengan realitas yang terjadi di masyarakatnya.
Dilihat dari sudut pandang penciptaan atau kepengarangan, dapat dikatakan bahwa karya sastra tidak dapat dilepaskan dari sang pengarangnya. Dalam kaitan ini, dalam proses kepengarangan, sang pengarang itu tentu tidak asal mengarang atau menulis karya sastra; dia tentu terlebih dahulu melakukan observasi dan lalu melakukan komtemplasi (perenungan) atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakatnya. Melalui proses observasi dan komtemplasi, dia melakukan imajinasi dakam rangka untuk menciptakan karya sastra (berkreasi).
Melalui proses-proses itu maka terwujudlah suatu karya sastra. Karena karya sastra banyak berkait dengan persoalan-persoalan kemanusiaan, maka untuk dapat memahaminya kita perlu mengkaitkannya dengan bidang-bidang atau disiplin-disiplin sosial/ humaniora lainnya. Pemahaman dengan cara yang demikian mengacu kepada pemahaman karya sastra secara interdisipliner.
Melalui penjabaran di atas, dapat diketahui secara konseptual dan metodologis bahwa pendekatan mimesis menempatkan karya sastra sebagai:
·         produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis,
·         representasi kenyataan semesta secara fiksional,
·         produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam cakupan yang ideal,
·         produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.
Kelemahan : sering dilakukan pembandingan langsung antara realitas faktual  (riil) sehingga hakikat karya sastra yang fiktif imajiner sering dilupakan 

2.3  PENDEKATAN EKSPRESIF
Pendekatan ekspresif adalah  pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajianya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis (Abrams, 1981: 189).  Maksudnya pendekatan yang memfokuskan perhatiannya pada  sastrawan sebagai pencipta atau pengarang karya sastra, ide, gagasan, emosi, pengalaman lahir batin. Informasi tentang penulis ini memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian dan apresiasi sastra. Penilaian terhadap karya seni ditekankan pada keaslian dan kebaruan (Teew, 1984: 163-165).
Abrams menjelaskan: “Telaah pada teori ekspresif memandang suatu karya seni secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni); perwujudannya melalui proses kreatif, dengan titik tolak dorongan perasaan pengarang; dan hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran dan perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu novel, misalnya, adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran pengarangnya”
Disisi lain Rohrberger dan Woods (1971:8) memandang pendekatan ekspresif ini sebagai pendekatan biografis. “Pendekatan biografis menyarankan pada perlunya suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan kepribadian pengarang untuk memahami obyek literer. Atas dasar pendekatan ini, karya seni dipandang sebagai refleksi kepribadian pengarang, yang atas dasar pengalaman estetis pembaca dapat menangkap kesadaran pengarangnya; dan yang setidak-tidaknya.sebagian respon pembaca mengarah kepada kepribadian pengarangnya. Dengan pendekatan ekspresif penelaah hendaknya mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami karya seninya”.  Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan gagasan-gagasan, imajinasi, spontatanitasnya dan sebagainya.
Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat makna.
Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, presepsi-prespsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cendrung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin pengarang/keadaan pikiranya.
Dengan demikian secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwa pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai:
1.      wujud ekspresi pengarang,
2.      produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya,
3.      produk pandangan dunia pengarang. 
Kelemahan : cenderung menyamakan secara langsung realitas yang ada dalam karya sastra dengan realitas yang dialami sastrawan atau pengarang. 
2.4  PENDEKATAN PRAGMATIK                      
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang zaman.
Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:
1.  Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya satra.
2. Felix Vedika ( Polandia ), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak ubahnya artefak ( benda mati ) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.
3. Menurut  Abram (1958 : 14 – 21) pendekatan  pragmatik merupakan perhatian utama terhadap peran pembaca. Dalam kaitannya  dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya yaitu teori  resepsi.
Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya satra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan.  Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama maupun tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya (Pradopo, 1994).
Dalam praktiknya, pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama, maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut.
Di Indonesia pendekatan ini pernah dianut oleh Sutan Takdir Alisyahbana (pada masa Pujangga Baru) yang mengatakan bahwa karya sastra yang baik haruslah yang memberikan manfaat bagi masyarakat, yang kemudian dikenal dengan istilah sastra bertendens (Teeuw 1978). Sejumlah kasus pelanggaran oleh pemerintah dan aparatnya pada masa Orde Baru terhadap karya-karya tertentu untuk dibaca dan dipentaskan di depan masyarakat umum, misalnya beberapa puisi Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan drama-drama Riantiarno, juga menunjukkan praktik kritik pragmatik. Sebab dalam pelarangan tersebut menunjukan karya sastra dinilai dalam hubungannya dengan dampak dan pengaruhnya bagi masyarakat.
Penerapan pendekatan pragmatik misalnya memahami karya sastra dalam hubungannya dengan nilai moral, religius, dan pendidikan, seperti tampak pada judul-judul berikut. “Ajaran Moral dalam Novel Sitti Nurbaya”, “Nilai Religiositas dalam puisi-puisi Emha Ainun Nadjib” juga “Nilai Edukatif dalam Novel Salah Asuhan”. Dari judul-judul tersebut akan tampak bahwa dalam membahas dan menilai karya sastra kita kaitkan nilai-nilai pendidikan, etika, dan religius yang terdapat dalam karya sastra yang dapat berguna sebagai contoh atau teladan bagi pembaca.
Kelemahan: cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu kepada pembaca




BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Dalam sastra terdapat empat pendekatan yang dikenal oleh masyarakat umum, yaitu pendekatan objektif, pendekatan mimetik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan pragmatik yaitu: Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberakan pada ekspresi perasaan penulis. Dalam pendekatan ini, penilaian terhadap karya seni ditekankan pada kebaruan dan keorisinalitasannya.
Dalam kajian sastra, pendekatan ini jarang digunakan karena tidak banyak ahli yang menggunakan pendekatan ekspresif ini. Pendekatan objektif adalah pendekatan pada kajian sastra yang menitik beratkan pada karya sastranya. Dalam kerjanya, pendekatan objektif akan memahami sistem di dalam karya sastra. Unsur sistem itu disebut unsur instrinsik.
 Pendekatan mimetik adalah pendekatan pada kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar sastra. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya tersebut,  termasuk karya sastra atau bukan karya sastra.

3.2  SARAN
Dalam memahami suatu karya sastra selain empat kajian diatas terdapat juga pendekatan-pendekatan karya sastra lain yang dapat menambah ilmu pembaca yang tidak hanya berpatokan pada pendekatan yang dibahas di atas. Banyak sumber-sumber lain seperti di jurnal,artikel dan sebagainya,

DAFTAR PUSTAKA
Wellek,Rene dan Austin Warren.2014.Teori Kesustraan.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama