Senin, 10 Oktober 2016

hakikat berbicara



HAKIKAT BERBICARA






DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DEBI TENRIBALI (1551040027)
FIKA PUTRI INDAH SARI (1551040029)
WIWIN RASMAWATI (1551040025)
HASRA SELPIANI RAHAYU (1551040026)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016


 







KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kesehatan kepada kita semua khususnya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula Shalawat beserta salam marilah kita curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari kehidupan kelam  ke kehidupan terang benderang seperti sekarang ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik pembaca makalah ini serta pihak yang memberikan saran dan kritikan pada kami tentang makalah ini,terutama dosen pembimbing yang telah membimbing kami di dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat mempermudah pembaca untuk memperoleh penambahan pengetahuan dan berharap agar pembaca dapat mudah memahami materi yang telah kami buat yang ada di dalam makalah ini.

Makassar,24 september 2016

penulis
                                                                                                                 
                                                                                                                                                                                                                                                                                   
                                                                                   

                                                        






 






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      apa pengertian dan tujuan dari berbicara?
2.      bagaimana konsep dasar berbicara?
3.      apa saja jenis-jenis berbicara?

1.3  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari berbicara.
2.      untuk mengetahui bagaimana konsep dasar berbicara, dan
3.      untuk mengetahui jenis-jenis berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAKIKAT BERBICARA
2.1.1 Pengertian berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sejalan dengan Tarigan , Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan. Demikian juga Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara selalu diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-duanya tak terpisahkan. Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang sisi belakang ditempati kegiatan menyimak. Sebagaimana mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka komunikasi lisan pun tak akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling melengkapi. Pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi pembicaraannya
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan membaca. Bukankah berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis, paling tidak dalam segi ekspresi atau produksi informasi? Hasil berbicara bila direkam dan disalin kembali sudah merupakan tulisan.dan ini sudah merupakan wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam berbicara banyak kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi organisasi pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan bacaan.\

2.1.2        Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik.  Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

2.2  KONSEP DASAR BERBICARA
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:\

1.      Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaiatan erat dan tak terpisahkan, ibarat mata uang: satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan sisi lainnya ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya jawab, interview dan sebagainya.

2.      Berbicara adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya.
Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya. Fungsi heuristik sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban.

3.      Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni, fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual. Bergantung pada si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara (komunikasi lisan)  itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.

4.    Berbicara adalah tingkah laku
Berbicara adalah ekspresi pembicara. Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian disekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam bahasa Indonesia, kita juga menemui pribahasa ” Bahasa menunjukkan bangsa ”. makna pribahasa tersebut ialah cara kita berbahasa, bebicara, bertingkah laku menggambarkan kepribadian kita. Dalam kepribadian tersebut telah terselip tingkah laku kita. Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara adalah tingkah laku.

5.    Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di lungkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekolah. Keterampilan berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui latihan :
a.       Pengucapan
b.      Pelafalan
c.       Pengontrolan suara
d.      Pengendalian diri
e.       Pengontrolan gerak-gerik tubuh
f.       Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
g.      Pemakaian bahasa yang baik
h.      Pengorganisasian ide
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari, baru bisa dikuasai.

6.      Berbicara distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalaman itu.

7.      Berbicara untuk memperluas cakrawala                                                     
Paling sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk mengekpresikan ide, perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.


8.      Keterampilan linguistik dan lingkungan
Anak-anak adalah produk lingkungan. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala pertanyaannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara  maka dapat diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah.

9.      Berbicara adalah pancaran kepribadian
Gamabaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat menduganya dari gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya, dan cara bicaranya. berbicara pada hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian.

2.3  JENIS-JENIS BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu:

1.      Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat  bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari.
Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat. Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
a.       Tukar pengalaman,
b.      Percakapan,
c.       Menyampaikan berita,
d.      Menyampaikan pengumuman,
e.       Bertelepon dan
f.       memberi petunjuk (Logan,  dkk., 1972 :108).


Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal  meliputi :
a.        Perencanaan dan penilain
b.      Ceramah
c.       Interview
d.      Prosedur parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)

2.      Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan  atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a.       Berbicara menghibur
Biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.

b.      Berbicara menginformasikan.
Dalam  suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:
1)      Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang cabinet
2)      Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan sebagainya.
3)      Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan
4)      Penjelasan instruktur pada siswanya.
c.       Berbicara menstimulasi
Berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
1)      Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2)      Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3)      Nasehat dokter pada pasiennya
4)      Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan
5)      Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati

d. Berbicara meyakinkan
Sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
1)   Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2)   Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3)   Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4)   Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
5)   Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.

e.  Berbicara menggerakkan
Juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat. Misal:  Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

3.      Metode penyampain
Empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:
a.       Penyampaian secara mendadak, terjadi karena  seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.
Misal: Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
b.      Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
c.       Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa  akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
d.      Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan umum.



4.      Jumlah penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, babarapa orang  (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a.       Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
b.      Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang.
c.       Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa.

5.      Peristiwa khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain.
Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam jenis.
a.       Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiah
b.      Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
c.       Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahan
d.      Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.
e.       Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan. (Logan, dkk;1972: 127)







BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan. Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Ada beberapa konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
4. Berbicara adalah tingkah laku
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
6. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
7. Berbicara untuk memperluas cakrawala                                                     
8. Keterampilan linguistik dan lingkungan
9. Berbicara adalah pancaran kepribadian      
Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu: Situasi, tujuan, metode penyampain, jumlah penyimak dan peristiwa khusus.

3.2   Saran
Diharapkan agar selain membaca makalah ini anda dapat juga membaca rujukan lain mengenai  berbicara agar dapat menambah ilmu pengetahuan.








DAFTAR PUSAKA

Tarigan, Jago dkk.1998.”Pengembangan keterampilan berbicara”.Jakarta.Depdikbud
Tarign, Henry Guntur.2008.”Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa”.Bandung.Angkasa
Widi,colin.”Dasar-dasar berbicara”. 19 september 2016 http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/9/
Setyawati,Nani. “Makalah konsep berbicara dan jenis-jenis berbicara” 20 januari2016 http://setyawati-nani.blogspot.co.id/2014/06/makalah-konsep-berbicara-dan-jenis.html
Sukarto.”Berbicara dan pembelajarannya” 20 september 2016. http://suksesbersamasukarto.blogspot.co.id/2010/02/berbacara-dan-pembelajarannya.html?m=1
Truestoryeka.”Makalah keterampilan berbicara. 20 september 2016. https://truestoryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-berbicara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar