HAKIKAT
BERBICARA
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
DEBI TENRIBALI (1551040027)
FIKA PUTRI INDAH SARI (1551040029)
WIWIN RASMAWATI
(1551040025)
HASRA SELPIANI
RAHAYU (1551040026)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kesehatan kepada kita
semua khususnya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tak lupa pula Shalawat beserta salam marilah kita curahkan kepada
junjungan kita yakni Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari kehidupan
kelam ke kehidupan terang benderang
seperti sekarang ini.
Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, baik pembaca makalah ini serta pihak yang memberikan saran
dan kritikan pada kami tentang makalah ini,terutama dosen pembimbing yang telah
membimbing kami di dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat mempermudah pembaca untuk memperoleh penambahan
pengetahuan dan berharap agar pembaca dapat mudah memahami materi yang telah
kami buat yang ada di dalam makalah ini.
Makassar,24
september 2016
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara merupakan
salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan
bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan
manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal
menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan
sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi
verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering
terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga,
percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan
sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan
anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara
pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung.
Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi
tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau
menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung
dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan
sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
apa pengertian dan tujuan dari
berbicara?
2.
bagaimana konsep dasar berbicara?
3.
apa saja jenis-jenis berbicara?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1.
untuk mengetahui pengertian dan tujuan
dari berbicara.
2.
untuk mengetahui bagaimana konsep dasar
berbicara, dan
3.
untuk mengetahui jenis-jenis berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT BERBICARA
2.1.1 Pengertian berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara,
di antaranya Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sejalan dengan
Tarigan , Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah
berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan. Demikian
juga Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi
atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri
atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan
apakah dia waspada serta antusias atau tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara
dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi,
menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. Melalui
berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain.
Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara
selalu diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam
kegiatan berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-duanya tak
terpisahkan. Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang
sisi belakang ditempati kegiatan menyimak. Sebagaimana mata uang tidak
akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka komunikasi lisan pun tak akan
berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling melengkapi. Pembicara
yang baik selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi pembicaraannya
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan
menulis dan membaca. Bukankah berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis,
paling tidak dalam segi ekspresi atau produksi informasi? Hasil berbicara bila
direkam dan disalin kembali sudah merupakan tulisan.dan ini sudah merupakan
wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam berbicara banyak
kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi organisasi
pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan bacaan.\
2.1.2
Tujuan Berbicara
Setiap
kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan.
Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara
umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan
biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan
uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan
berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang
lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya
dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan
bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
2.2 KONSEP DASAR BERBICARA
Kemampuan berbicara
siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana
berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:\
1. Berbicara
dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
Berbicara dan menyimak
adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaiatan erat dan tak terpisahkan,
ibarat mata uang: satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan sisi lainnya
ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi
dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, tanya jawab, interview dan sebagainya.
2. Berbicara
adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya.
Bila hal ini dikaitkan
dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh
pengetahuan mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol
lingkungannya. Fungsi heuristik sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang
menuntut jawaban.
3. Berbicara
adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara
kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga
memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata
dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara
murni, fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan
keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk mencapai taraf
kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual. Bergantung pada si pembicaralah
apakah dia mampu menjadikan berbicara (komunikasi lisan) itu menjadi
ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan berbicara
tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk
menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4. Berbicara
adalah tingkah laku
Berbicara adalah
ekspresi pembicara. Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran
dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara
juga merupakan dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada
kejadian disekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam
bahasa Indonesia, kita juga menemui pribahasa ” Bahasa menunjukkan bangsa ”.
makna pribahasa tersebut ialah cara kita berbahasa, bebicara, bertingkah laku
menggambarkan kepribadian kita. Dalam kepribadian tersebut telah terselip
tingkah laku kita. Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara adalah tingkah
laku.
5. Berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai
tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di lungkungan keluarga, tetangga, dan
lingkungan lainnya di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekolah.
Keterampilan berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui latihan :
a.
Pengucapan
b.
Pelafalan
c.
Pengontrolan suara
d.
Pengendalian diri
e.
Pengontrolan gerak-gerik tubuh
f.
Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
g.
Pemakaian bahasa yang baik
h.
Pengorganisasian ide
Keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara,
semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada orang yang langsung
terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang
harus dipelajari, baru bisa dikuasai.
6. Berbicara
distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah
ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman
yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan
pengalaman itu.
7. Berbicara
untuk memperluas
cakrawala
Paling sedikit
berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk mengekpresikan ide,
perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga digunakan untuk menambah
pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8. Keterampilan
linguistik dan lingkungan
Anak-anak adalah produk
lingkungan. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan
segala pertanyaannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri
menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara maka dapat
diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki
kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah.
9. Berbicara
adalah pancaran kepribadian
Gamabaran pribadi
seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat menduganya dari
gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya, dan cara bicaranya.
berbicara pada hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati, misalnya pikiran,
perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering dikatakan bahwa
berbicara adalah indeks kepribadian.
2.3 JENIS-JENIS BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan
pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara yaitu:
1. Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam
suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu
dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak
resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya
dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan
berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan
pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam
kehidupanmanusia sehari-hari.
Untuk
itu, diperlukan beberapa prasyarat. Jenis kegiatan berbicara informal meliputi
:
a. Tukar
pengalaman,
b. Percakapan,
c. Menyampaikan
berita,
d. Menyampaikan
pengumuman,
e. Bertelepon
dan
f. memberi
petunjuk (Logan, dkk., 1972 :108).
Sedangkan
jenis kegiatan yang bersifat formal meliputi :
a. Perencanaan dan penilain
b. Ceramah
c. Interview
d. Prosedur
parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
2. Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan
respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk
menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau
menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas
dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a. Berbicara
menghibur
Biasanya
suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak
dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha
membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis
berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita
kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
b. Berbicara
menginformasikan.
Dalam
suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara
berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar
terjaga keakuratannya.
Contoh:
1) Penjelasan
menteri Sekneg sehabis sidang cabinet
2) Penjelasan
menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan
sebagainya.
3) Penjelasan
PPL di depan kelompok tani, dan
4) Penjelasan
instruktur pada siswanya.
c. Berbicara
menstimulasi
Berbicara
menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara
berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa,
pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi
pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat
pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik,
bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa
dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi
pendengar.
Contoh:
1) Nasehat
guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2) Pepatah
petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3) Nasehat
dokter pada pasiennya
4) Nasehat
atasan pada karyawan yang malas dan
5) Nasehat
ibu pada putrinya yang patah hati
d.
Berbicara meyakinkan
Sesuai
dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat
serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap
pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi
simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus
melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan
dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
1) Pidato
petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2) Pidato
petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3) Pidato
pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4) Pidato
calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
5) Pidato
pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e. Berbicara
menggerakkan
Juga
menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. Pembicara
dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan
masyarakat. Misal: Bung Tomo dapat membakar semangat juang para
pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
3. Metode
penyampain
Empat (4) cara yang biasa digunakan
orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:
a. Penyampaian
secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya
harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.
Misal: Karena pembicara
yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak
dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara
mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
b. Penyampaian
berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman
berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai
sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai
isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
c. Penyampaian
berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya,
pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya,
perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian
pada situasi yang ada.
d. Penyampain
berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam
situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan
umum.
4. Jumlah penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak,
yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak
dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, babarapa
orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan
jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a. Berbicara
antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan,
mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
b. Berbicara
dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok
kecil pendengar, misanya 3-5 orang.
c. Berbicara
dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar
berjumlah besar atau massa.
5. Peristiwa
khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan
sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu
adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain.
Berdasarkan
peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam
jenis.
a. Pidato
presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiah
b. Pidato
penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
c. Pidato
perpisahan, berisi kata-kata perpisahan
d. Pidato
perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan,
pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.
e. Pidato
nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu
diunggulkan. (Logan, dkk;1972: 127)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan. Berbicara bukan hanya sekadar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Ada beberapa konsep dasar
berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara
dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
2. Berbicara
adalah proses individu berkomunikasi
3.
Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
4.
Berbicara adalah tingkah laku
5.
Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
6.
Berbicara distimulasi oleh pengalaman
7.
Berbicara untuk memperluas
cakrawala
8.
Keterampilan linguistik dan lingkungan
9.
Berbicara adalah pancaran kepribadian
Berdasarkan
pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara yaitu: Situasi, tujuan, metode penyampain, jumlah penyimak
dan peristiwa khusus.
3.2
Saran
Diharapkan
agar selain membaca makalah ini anda dapat juga membaca rujukan lain
mengenai berbicara agar dapat menambah
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSAKA
Tarigan,
Jago dkk.1998.”Pengembangan keterampilan berbicara”.Jakarta.Depdikbud
Tarign, Henry Guntur.2008.”Berbicara
sebagai suatu keterampilan berbahasa”.Bandung.Angkasa
Widi,colin.”Dasar-dasar berbicara”. 19
september 2016 http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/9/
Setyawati,Nani. “Makalah konsep
berbicara dan jenis-jenis berbicara” 20 januari2016 http://setyawati-nani.blogspot.co.id/2014/06/makalah-konsep-berbicara-dan-jenis.html
Sukarto.”Berbicara dan pembelajarannya”
20 september 2016. http://suksesbersamasukarto.blogspot.co.id/2010/02/berbacara-dan-pembelajarannya.html?m=1
Truestoryeka.”Makalah keterampilan
berbicara. 20 september 2016. https://truestoryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-berbicara/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar